Kamis, 06 Desember 2007
tentang salman
Salman ini adalah tempat nongkrong gw satu-satunya, karena gw ga punya minat (atau ga punya duit?) buat nongkrong di tempat-tempat lain. Tapi walaupun satu-satunya, buat gw salman adalah yang terbaik. Ya. Di tempat lain gak akan ada orang yang bergosip disamping orang yang berdoa, gak akan ada orang yang membaca novel disamping orang yang membaca Al Quran, gak akan ada orang yang belajar disamping orang yang bersujud, gak akan ada pria tampan yang memerhatikan mereka semua dengan seksama. Yang terakhir disebut adalah gw.
Tapi itulah adanya. Di salman ini ada yang bercelana gantung maupun bercelana robek. Ada yang berbaju junkist maupun berbaju koko. Ada yang bersifat liar maupun bersifat jinak. Ada yang bengal maupun yang sholih. Semua ada disini. Semua lengkap disini. Dan disitulah estetikanya. Di salman semua orang melakukan kegiatan yang disukainya dengan nyaman. Di salman semua orang terasa nyaman. Mungkin orang yang bergosip hari ini akan jadi politikus dan orang yang berdoa di sebelahnya akan terkabul doa'a suatu waktu nanti. Mungkin orang yang membaca novel hari ini akan menjadi penulis populer dan orang yang membaca Quran di sebelahnya akan menjadi penafsir suatu saat nanti. Mungkin orang yang belajar hari ini akan menjadi ilmuwan terbesar dan orang yang sujud di sebelahnya akan jadi ulama kontemporer suatu hari nanti. Mungkin pria tampan yang memerhatikan mereka dengan seksama akan menjadi sangat tampan suatu masa nanti. Mungkin. Siapa yang tahu, Toh mereka semua menjalani setiap lakonnya dengan sangat ikhlas, dengan nyaman. Dan karena itu, di masjid ini, di Rumah Allah ini, semua bisa saja terjadi. Karena ini adalah Salman, taman tempat tumbuh-kembangnya bunga warna-warni.
Akhirnya gw tau alasan Bandung disebut kota kembang.
Kamis, 22 November 2007
angkot dan serba-serbi kebatakan
Jika gw adalah seorang pelaut, maka gw akan mengarungi samudra nun ganas dengan keganasan yang melebihi ombak terderas. Akan gw telusuri setiap titik di dalamnya dengan kapal yang gagah bersahaja, dengan layar yang anggun terkembang. Akan gw nikmati aroma garam, hembusan angin, lompatan ikan, dan matahari tenggelam dengan penuh kenikmatan. Namun kenyataannya gw bukan pelaut. Gw mahasiswa, yang gak ada perbedaan sama pelaut. Inilah samudera gw.
Dan gw jadi tau gimana rasanya jadi sopir angkot tertindas.
sepucuk surat untuk si jenius
Kepada Yth. Sir Isaac Newton
Di tempat
Dear Om
Assalamualaika Wr. Wb.
Jumat, 16 November 2007
catatan serobot gedek
Pedofili. Itulah salah satu sebutan anak-anak ke gw disini.Cuma karena gw ngegodain setiap anak kecil yang lewat di sebuah acara yang banyak anak-anaknya, gw langsung dinobatkan sebagai pengidap pedofili, penyuka anak kecil, the new robot gedek. Semprul. Dikira gw orang yang gelisah kalo ngeliat bocah-bocah maen petak umpet terus gw ajak ke kontrakan kosong apa?? Gile. Gw normal boy. Palingan Cuma ngiler dikit doang kalo ngeliat mereka maen boneka. Hehehe. Boong deng. Gw bener-bener normal. Suer. Tapi bener juga seh, bukan soal ngilernya, tapi soal gw yang suka sama anak kecil. Gw emang bener-bener suka sama anak kecil, bukan ’suka’ dalam konteks negatif, melainkan dalam konteks minus (sami mawon!). Buat gw anak kecil itu masih bersih. Kecantikan mereka masih apa adanya, blm dikotori sama hal-hal duniawi, ga kaya cewe-cewe (yang katanya) dewasa yang malah menunjukkan kecantikannya dengan mengotori fitrahnya. However, toh kebanyakan pejantan malah lebih suka sama yang kaya gitu. Kecuali gw. Gw lebih suka anak kecil. Yang lugu. Yang polos. Dan yang bisa diboongin. Hohohoho. Dan saking sukanya gw sering banget ngeliatin anak kecil, ngeliat gelagat mereka yang malu-malu saat gw liatin. Lucu. Manis banget. Begitulah anak kecil. Selalu malu-malu saat diliatin. Kecuali 1 orang. Kita sebut saja Mawar (nama disamarkan). Kalo semua anak kecil selalu malu-malu saat diliatin, si Mawar ini enggak. Dia malah mengeluarkan ekspresi psikologis yang laen, yaitu ngumpet di belakang emaknya. Sambil ketakutan kaya ngeliat deden (sejenis makhluk halus). Hmh. Emang gw semenakutkan itu apa!!? Lalu di insiden lain, malah kebalik, sekarang giliran maminya yang ngumpetin anaknya pas lagi gw liatin. Si mami ngumpetin anaknya seolah ada bahaya besar yang mengancam masa depan anaknya. Dan dia menatap gw dengan tatapan tajam, yang secara implisit bilang,”sono lu! Jangan apa-apain anak gw! Klo mo nyari korban di tempat laen aja!”. ya ampyun. Plis deh. Lama-lama nama di KTM gw ganti jadi robot gedek huzaifah amsi nih. Huff. Tapi lain ladang lain belalang. Lain kutang lain hidung belang. Semalem, saat gw lagi merenung sendirian di angkot Cicaheum-Cileunyi, ada sekeluarga yang masuk ke dalam angkot, salah duanya adalah anak kecil. Dan seperti biasa, gw ngeliatin mereka dengan tatapan najis gw, tapi mereka ga ketakutan. Mereka juga gak malu-malu. Mereka malah senyum. Dengan kacang rebus pemberian ibunya yang mereka makan dengan riang. Gw terus ngeliatin mereka, dengan kenajisan yang meningkat. Dan ibunya pun tersadar kalo ada orang cabul yang lagi ngeliatin anaknya. Dan si ibu berteriak, ”Toloooooong! Tolooooong! Ada orang yang mau macem-macem sama anak saya! Tolong pukulin dia!”. Trus orang-orang pada dateng mukulin gw sampe babak belur, abis itu gw diarak keliling Bandung-Cimahi. Itu dugaan gw. Tapi ternyata meleset. Si ibu malah senyum, menyodorkan sekantong plastik ke gw, trus bilang, ”sok, kacang rebus a’..”. Gw pun kaget dan salah tingkah. Gw ga tau harus jawab apa selain tersenyum dan bilang ”engga, makasih”. Karena seumur-umur belom ada orang asing yang nawarin kacang di angkot ke gw. Mungkin ini hal yang biasa banget buat orang laen, tapi buat gw luar biasa. Dan gw yakin, si ibu nawarin kacang ke gw bukan karena dia ngira gw kepengen kacang, melainkan karena dia pengen nawarin kacang ke gw, tanpa alasan. Dan untuk pertama kalinya, gw turun dari angkot bersupir batak dengan senyuman yang lebar. Karena tadi ada seorang ibu yang ngajarin gw. Tentang empatik. Hal yang ga dimiliki oleh manusia sombong kaya gw.
Senin, 12 November 2007
Di hari-hari api, di bulan-bulan darah.
Bersama yang lain kami berada disana.
Buku di tangan kiri, senapan di tangan kanan.
Beradu bahu kami menjagamu, Ibu Pertiwi.
Bagimu negeri kembang-kembang keremajaan/
Telah kami hiaskan dalam untai-rangakaian.
Sebagian telah berguguran, sebagian kini telah layu.
Namun wanginya akan semerbak selalu.
Selamanya.
Yak, puisi yang sangat menyentuh hati saat pertama kali ngebacanya. Ga cuma itu aja, di sini, di sisi kanannya, di bagian yang lagi gw liat sekarang, terukir nama para personil ganesha yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan. Nama para pahlawan. Nama yang terlupakan...
Kebesaran suatu bangsa dilihat dari seperti apa mereka menghargai pahlawannya
Kamis, 08 November 2007
(go)Blog
Okeh,mengingat dan menimbang bahwa jika kita menemukan suatu hal yang baru, kita berhak untuk menamai temuan kita sesuai dengan yang kita inginkan, maka gw pun akan menamai temuan gw ini. Kaya satuan gaya yang dikasih nama penemunya, Newton. Ato kaya
Columbus yang nemuin pulau baru. Hm. Apakah BukuCatatanYangBisaKitaPamerkanDiInternet ini harus gw kasih nama gibran?? Ah, nggak, nggak enak. Ntar nama gw jadi bebas dimiliki smua orang lagi. smua orang jadi punya gibran. Nggak. Hm. Hm. kira-kira nama apa yang bagus? Blacky? Pussy? Ngatini? Garong? Robot Gedek? Ah. Ga bagus. Susah juga ye. Ternyata para penemu lebih sulit ngasih nama temuannya dari pada menemukan. fuhhh. fuhhh. fuhhh. aahhh. yeahhh. Tring. Okeh. Dapet. Gw dapet ide. Udah gw putuskan. gw akan kasih nama temuan gw ini dengan kata yang aneh dan gak familiar. Bersiaplah. Temuan terdahsyat abad ini. BukuCatatanYangBisaKitaPamerkanDiInternet. Akan gw kasih nama......... Blog..